HUJAN dan WANITA BERKERUDUNG SENJA



wisnubangunsaputro©2019
Senja Alun-alun Kabupaten Situbondo | wisnubangunsaputro©2019

Senja keemasan menunjukan pesonanya saat itu, namun sayang pesonanya hanya sekejab, mendung menutupinya dengan cepat, bisa juga karena aku yang terlalu lambat.

Saatnya Tiba
Aku menunggu saat ini, sesuai janji yang telah disepakati, kami berangkat ke kota paling timur Pulau Jawa pada hari jumat. Malam hari sebelum keberangkatan, aku siapkan apa saja yang harus aku bawa untuk beberapa hari kedepan selama disana, termasuk keberanian. Aku berangkat lebih awal dari rencana semula, dengan harapan masih bisa sedikit bersantai di pantai yang dulu pernah aku kunjungi ketika pertama kali menemuinya dulu. Berangkat jam 09.30 dari kota asalku menuju ke kota asalnya menggunakan motor kesayanganku "Si Jago".

wisnubangunsaputro©2019
Pantai Pecaron | wisnubangunsaputro©2019

Sesampainya di Pantai Pecaron, pantai ketika pertama aku temui dia 1 tahun yang lalu , jam tangan menunjukan angka 10.45 saat aku sampai disana. Setelah memarkir si Jago, langsung saja ku pesan es kelapa muda dan menuju ke gazeboh di tepian pantai, ternyata tidak terlalu banyak perubahan pada tempat ini masih sama dengan dulu, masih terasa aroma rindu yang tersisa disana. Ku hisap sebatang rokok yang kubawa dari kotaku, rokok yang hanya dijual di kota asalku, sembari menunggu es kelapa muda yang ku pesan tadi, aku tersenyum memandang lautan di depan mataku, terlalu banyak kenangan disana.  Lamunanku terpecah ketika pesananku tiba, aku baru ingat jika harus memberi kabar ke dia, aku nyalahkan smartphoneku, lalu membuka aplikasi chating, guna memberi kabar dia.

"Aku sudah sampai pantai pecaron, sekalian istirahat sembentar, kabari aku jika sudah siap untuk dijemput" aku kirim langsung ke kontaknya, dan beberapa saat kemudian dia membalas. "Iya, ini sudah siap-siap tinggal nunggu adzan dzuhur untuk shalat, nanti aku kabari lagi" jawabnya.

Sembari menikmati es kelapa muda, aku kembali memandang jahu ke arah lautan, seandainya saja aku menjadi seorang nakoda dengan kapal kecil berlayar di tengah lautan lepas itu, apakah aku masih ragu dengan kemampuanku ? masihkah ada pertanyaan mampukah aku ? aku hanya bisa tersenyum tipis. Tidak terasa ternyata hampir setengah jam aku disni, dan aku baru ingat bahwa hari ini adalah hari jumat, dimana aku harus melaksanakan kewajibanku untuk shalat jumat, langsung saja aku bergegas melanjutkan perjalanan, sekalian mencari masjid untuk shalat jumat.

"Aku sudah siap, jemput sekarang !" pesan chat masuk di smartphoneku.
"Ok otw (On The Way)" balasku singkat.

Perjalanan menuju kota paling timur Pulau Jawa
Selama perjalanan awalnya biasa-biasa saja, terkesan canggung, maklum kami sudah lama tidak bertemu, hampir satu bulan kami tidak komunikasi dan benar-benar tidak ada interaksi. Dalam hati aku hanya berkata, ini saatnya, momen yang sulit bahkan tidak akan bisa untuk terjadi lagi, bagaimana mungkin aku sia siakan. kembali lagi ke cerita, tidak beberapa lama aku coba untuk membuka obrolan.

"Apa kabar ?"         
"Baik, udah makan ?" tanyanya
"Sudah tadi saat istirahat di Pecaron" jawabku   
"Ya sudah nanti kita makan lagi" lanjutnya

Sebelum memasuki Taman Nasional  Baluran, aku mampir ke SPBU untuk mengisi bahan bakar. di sepanjang perjalanan kami ngobrol banyak hal, sudah tidak ada lagi rasa canggung, semua kembali semula. Tidak bisa aku pungkiri, saat itu rasanya bahagia sekali, bisa bersama dengan yang sudah lama aku rindukan, Senyumnya, cara dia pegangan erat, rasanya nyaman banget. Sampai ditengah perjalanan kami menemukan rumah makan bakso, makanan favoriteku dan dia pasti tahu itu, ku putuskan untuk berhenti dan berisitirhat di temoat tersebut sekalian mengisi stok makana dalam perut, kami pesan dua porsi bakso.

Sepertinya pepatah tidak ada jalan yang selalu mulus itu benar, disaat lagi enak-enaknya makan, kami mengobrol dan disela-sela obrolan tersebut ada pertanyaan yang membuat emosiku terpancing, dan lagi-lagi pepatah perempuan selalu benar terbukti dia mampu membalik keadaan seolah-olah aku ang salah, tapi ya sudahlah aku putuskan untuk mengalah dan mencoba mengajaknya bercanda dengan memegang hidungnya, cairlah kembali suasana.

Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, setengah jam kemudian kami sampai di Watu Dodol ikon kota tersebut, kami berhenti sejenak untuk sekedar mengambil foto. lalu lanjut perjalanan lagi, sesampainya di pelabuhan penyeberangan Gili Ketapang, ternyata cuaca berubah menjadi gerimis, aku sedikit tambah kecepatan Si Jago, dan memutuskan untuk langsung mencari tempat untuk sekedar menikmati minuman hangat.

Hujan dan wanita berkerudung senja
Semakin lama hujan turun dengan deras, untung saja ada sebuah kedai kopi pinggir jalan, tidak berfikir panjang lalu aku parkirkan sepeda dan masuk ke kedai itu.lalu memesan dua gelas teh hangat gelas. Aku lepas jaketku yang lumayan basah. Suara hujan semakin terdengar di luar, ku pandangi wajah seorang wanita yang membuat tergila-gila, entah dapat dari mana dalam hati aku menyebutnya "Wanita Berkerudung Senja" aku teringat janjiku ke dia bahwa ingin menikmati senja bersamanya. ternyata cuaca tidak mendukung saat ini. Lamunanku terbuyarkan ketika pesananku datang, aku pandangi wajahnya dalam-dalam, wanita yang menjengkelkan, tapi aku suka itu, aku suka Wanita berkerudung Senjaku.

Akhirnya hujanpun redah, kami putuskan untuk menuju kerumah keluarganya, yang tidak terlalu jahu dari kedai ini.

"udah yuk sayang, hujan udah redah, takut kemalaman" ajak ku
"yuk sayang" sembari tersenyum, Oh Tuhan, Senyum itu sudah lama aku tak melihatnya.

Lalu kami langsung melanjutkan perjalanan kerumah keluarganya, sempat berdebar-debar jantungku, entah bagaiamana nanti situasinya saat aku bertemu dengan keluarganya. Tapi yang lebih penting dari itu semua saat ini, Aku kembali bisa melihat senyum wanita berkerudung senjaku, Terima Kasih Hujan.     




__________bersambung_________





Komentar