HUJAN dan WANITA BERKERUDUNG SENJA

AKU dan Nya

Di antara kiloan amunisi
kini terulang kembali remang lalu itu
Sering aku berkata dan bertanya kepada senja
tentang ujung ilalang
Selalu aku pertanyakan tentang senja
pada lembutnya ujung ilalang
Demi Lontaran -lontaran terajut satu
Merasuk dalam rusuk Sinar kuning keemasan

Aku hilaf saat itu
Ketika ku lucuti satu persatu benang-benang mu
Aku nafsu kala itu
Ketika tanganku menyetubuhi mu
Maafkan Aku...

Teringat sejak itu aku mengerutkan kening
Hanya untuk duduk bersimpuh
Dalam Khusyuk ku
Aku berteriak
MANUNGGALING KAWULA GUSTI
Aku adalah Tuhan, Tuhan adalah aku
Entah apa yang terbersit waktu itu
Mulut ku tergerak serentak dan seirama dengan hati
Inikah yang di maksud oleh Al-Halajj, Ibn Arabi hingga Syekh Siti Jenar ?

Kembali aku bertanya tentang senja dan ujung ilalang
Saat ini kepada Tuhan
Entah Tuhan yang mana, yang ku tanya
Seakan aku bertanya kepada diriku sendiri
Namun Seakan aku bertanya kepada diriku sendiri
Inikah yang di maksud oleh Al-Halajj, Ibn Arabi hingga Syekh Siti Jenar ?

Hingga tiba pada saatnya
Ketika terangkat untuk menjadi tuhan
Ketika turun menjadi manusia
Ketika manusia adalah tuhan
Saat itulah Senja dan Ujung ilalang tiada

Hingga tiba pada saatnya
Ketika telanjang menghampiri
Ketika timbangan menanti
Ketika Mati merasuki
Saat itulah Hijab-hijab tiada

Wajar kiranya
Aku adalah tuhan
Namun Sudikah Tuhan itu Aku
Aku mampu bersatu dengan Tuhan
Namun Tuhan Enggan Bersatu dengan Ku.

 ------------------------------------------------
Malang, 18 Mei 2012
Anggota Biasa
Komunitas Arek-arek Kesenian Malang
KOREK

Wisnoe

Komentar