HUJAN dan WANITA BERKERUDUNG SENJA

Sebuah Narasi : Senja Awal dan Senja Akhir

Senja mulai melukai
Saat mata tak lagi melihat
Entah bagaimana sebenarnya
Mungkin tak ada lagi jawaban untuk itu

Malam tak lagi indah
Ketika mega mulai menutupi nya
Entah ada apa sebenarnya
Aku hanya bisa mendengar

Sebuah ruang tak berpintu
Tempat semua mata memandang
Derap Rel menusuk urat saraf ku
Kala itu

Ijinkanlah aku kembali ke padang itu
Sebab tak kuat poriku menahan angin
Ketika kau minta ku untuk menuliskan nama muw di pipi rembulan
Aku hanya meminta, tuliskan nama ku di selembar buku harian mu

Pagi datang penuh dengan seri nyamannya
Terlihat wajah mentari menutup satu bagiannya
Mungkin untuk itu
Untuk mu dan sesuatu

Harap dalam cemas, menuntunku membuka lembar usang
Tentang seratus lembar kertas yang menumpuk di atas rak buku ku
Selembarnya tentang kita dan ada seratus lembar lainnya tentang aku dan mereka
Ijinkan aku

Mata sipit, senyum layu
Membuat ku tak kuat berfikir tentang mu
Mungkin harus ku kuliti otak ku, untuk mengungkapnya
Mengungkap hal tentang sejarah lalu dan masa datang

Siang berkunjung
Kala melihat pagi mulai jenuh berbisik
Mengangkap semuanya hanya halusinasi
Bukan halusinasi, tapi fatamorgana

Sore mengakhiri,...
Melepas kisah singkat, tentang daging berbungkus kulit
2 daging 1 kulit
Tanpa kuah

Senja menjadi ending kisah
Kisah manis lumayan hambar,
Saat senyum lumayan terkembang
Saat hati tak se irama dengan akal

Hati hati dengan hati
Sebab hati bukalah fisik
Akal akal saling mengakali
Sebab akal hanya berakal

Benar atau betul
Kebenaran
Atau
Kebetulan

Malang. 27 April 2014
Wisnoe Korek

Komentar