HUJAN dan WANITA BERKERUDUNG SENJA

Suara Alam Suara Jalanan

Menebas putus batas diri berharap masa depan gambaran besar depan mata
Sudah tergantung ujung kening sebuah tujuan nan tajam tak perlu diasah
Pintu Cakrawala telah terbuka berputar sesuai porosnya, teruslah seperti itu
Menunggu tanpa sebuah penantian apalah arti

Melintas batas jauh di seberang
Segar perawan berdandan bercermin kenyataan
Suci embun segar daun
Melambung tinggi di alam impian

Kini semua telah jelas terpandang sebuah jalan tanah tak beraspal
Sebuah jalan tepi negeri ku, yang masih tak tersentuh papan atau hiasan dindingnya
Aku besar di sana, di batas tak terbatas
Hanya beralaskan kayu dan beratapkan jerami

Biarkan Negeriku tanpa koran agar keluar air mata emas hitam,
Negeriku hari ini kembali ke masa lalu,saat berkaca pada genangan hujan
Seorang maling yang budiman bercerita tentang Revolusi dan Reformasi
Bercerita pada tetesan air ujung daun sore hari

Kembali ke masa lalu, saat itu ada dua pilihan kopi pahit atau kopi manis
Kopi manis maupun kopi pahit ujungnya nusa kambangan
Ke masa kini, saat ini ada kalimat mulai bekerja
Mulai Bekerja dengan ujung secarik kertas dengan stempel basah tanda tangan penguasa
Akhirnya mulai tentang masa depan, saat doa-doa beterbangan
Saat jati diri mulai di cari, untuk sebuah makna yang indah yang bersembunyi

Sebuah bendera tiga warna, ingat tiga warna bukan bendera negara atau daerah
Betukar persepsi dan pengetahuan
Pengetahuan tentang masa lalu
Haruskah tetap diam dan duduk bersilah dengan asap menari di tengahnya

Dengan tersipuh lugu aku mewakili......
Inilah Suara kami
Suara nyanyian anak awam, anak alam
Suara dari jalanan

Malang 26 Sep 2014 13:18
Wisnoe KOREK

Komentar