- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Hujan turun sangat deras ketika aku menulis syair ini, Tak tahu apa maksudnya
Di antara kiloan amunisi
kini terulang kembali remang lalu itu
Sering aku berkata dan bertanya kepada senja
tentang ujung ilalang
Selalu aku pertanyakan tentang senja
pada lembutnya ujung ilalang
Demi Lontaran -lontaran terajut satu
Merasuk dalam rusuk Sinar kuning keemasan
Aku hilaf saat itu
Ketika ku lucuti satu persatu benang-benang mu
Aku nafsu kala itu
Ketika tanganku menyetubuhi mu
Maafkan Aku…
Teringat sejak itu aku mengerutkan kening
Hanya untuk duduk bersimpuh
Dalam Khusyuk ku
Aku berteriak
MANUNGGALING KAWULA GUSTI
Aku adalah Tuhan, Tuhan adalah aku
Entah apa yang terbersit waktu itu
Mulut ku tergerak serentak dan seirama dengan hati
Inikah yang di maksud oleh Al-Halajj, Ibn Arabi hingga Syekh Siti Jenar ?
Kembali aku bertanya tentang senja dan ujung ilalang
Saat ini kepada Tuhan
Entah Tuhan yang mana, yang ku tanya
Namun Seakan aku bertanya kepada diriku sendiri
Inikah yang di maksud oleh Al-Halajj, Ibn Arabi hingga Syekh Siti Jenar ?
Hingga tiba pada saatnya
Ketika terangkat untuk menjadi tuhan
Ketika turun menjadi manusia
Ketika manusia adalah tuhan
Saat itulah Senja dan Ujung ilalang tiada
Hingga tiba pada saatnya
Ketika telanjang menghampiri
Ketika timbangan menanti
Ketika Mati merasuki
Saat itulah Hijab-hijab tiada
Wajar kiranya
Aku adalah tuhan
Namun Sudikah Tuhan itu Aku
Aku mampu bersatu dengan Tuhan
Namun Tuhan Enggan Bersatu dengan Ku.
Hujan berhenti ketika aku bertanya kenapa , Semakin tak tahu apa maknanya
Ku hentikan menulis ku saat itu, Namun hujan
turun kembali ditemani angin kencang, aku bingung ku lanjutkan atau ku
hentikan menulis syair ini
Ku putuskan untuk melanjutkannya, dengan
kegelisahan yang menyelimuti hati, membuat syair ini tak menentu kemana
arah tujuan ku bawa.
Apa yang sebenarnya tertulis ini, seakan akan aku menulis tanpa makna
Kicauan burung yang saling bersautan seakan
mengejeku, dan menyeruhkan untuk ku berhenti saja menulis, mungkin
mereka lebih paham tentang ku dari pada diri ku sendiri
Kupaksakan otak ini untuk sejalan dengan hati, namun tak mampu ku
Kupaksakan untuk meditasi siapa tau bisa, namun tak mampu ku
Dan akhirnya ku pasrahkan semua, dan akhirnya aku mampu
Dalam kemampuanku, aku sangat paham ketidak mampuanku
Karena aku bukanlah seorang pujangga, penyair, atau penulis, apalagi seorang seniman, terlalu muluk-muluk sepertinya
Iri ketika bola mata ini melihat sekeliling
banyak manusia berselimutkan lukisan, naskah, pahatan, lagu, tari, dan
sejenis lainnya
Aku bukan salah satu dari mereka, namun aku mencoba untuk menjadi mereka tapi bukan mereka
Satu persatu kata kini telah mulai jelas menjelaskan makna
Dan sampai pada saatnya inilah Syair ku :
kini terulang kembali remang lalu itu
Sering aku berkata dan bertanya kepada senja
tentang ujung ilalang
Selalu aku pertanyakan tentang senja
pada lembutnya ujung ilalang
Demi Lontaran -lontaran terajut satu
Merasuk dalam rusuk Sinar kuning keemasan
Aku hilaf saat itu
Ketika ku lucuti satu persatu benang-benang mu
Aku nafsu kala itu
Ketika tanganku menyetubuhi mu
Maafkan Aku…
Teringat sejak itu aku mengerutkan kening
Hanya untuk duduk bersimpuh
Dalam Khusyuk ku
Aku berteriak
MANUNGGALING KAWULA GUSTI
Aku adalah Tuhan, Tuhan adalah aku
Entah apa yang terbersit waktu itu
Mulut ku tergerak serentak dan seirama dengan hati
Inikah yang di maksud oleh Al-Halajj, Ibn Arabi hingga Syekh Siti Jenar ?
Kembali aku bertanya tentang senja dan ujung ilalang
Saat ini kepada Tuhan
Entah Tuhan yang mana, yang ku tanya
Namun Seakan aku bertanya kepada diriku sendiri
Inikah yang di maksud oleh Al-Halajj, Ibn Arabi hingga Syekh Siti Jenar ?
Hingga tiba pada saatnya
Ketika terangkat untuk menjadi tuhan
Ketika turun menjadi manusia
Ketika manusia adalah tuhan
Saat itulah Senja dan Ujung ilalang tiada
Hingga tiba pada saatnya
Ketika telanjang menghampiri
Ketika timbangan menanti
Ketika Mati merasuki
Saat itulah Hijab-hijab tiada
Wajar kiranya
Aku adalah tuhan
Namun Sudikah Tuhan itu Aku
Aku mampu bersatu dengan Tuhan
Namun Tuhan Enggan Bersatu dengan Ku.
Malang, 01 Juli 2013
Wisnoe KOREK
Komentar